10.8.16

Melirik Real Time Control untuk mengatasi banjir di Kota-Kota Besar Indonesia


Banjir adalah salah satu bencana alam yang sangat akrab dengan masyarakat  Indonesia  saat ini. Frekwensi dan intensitas kejadiannya pun terus meningkat. Intensitas curah hujan yang tinggi dalam waktu yang singkat serta semakin berkurangnya daerah resapan air disinyalir sebagai penyebab banjir  terutama yang terjadi di kota-kota besar. Konversi lahan-lahan terbuka hijau sebagai tuntunan peradaban manusia  adalah fakta yang memang sangat sulit dicegah.
Perubahan pola dan intensitas curah hujan adalah salah satu dampak perubahan iklim yang menjadi isu paling hangat bagi para pemerhati lingkungan beberapa dasawarsa belakangan ini.  Daerah-daerah perkotaan yang curah hujannya diproyeksikan akan meningkat, memiliki peluang ancaman banjir  yang semakin besar pula. Oleh karenanya perlu berbagai upaya  untuk mengurangi  peluang kejadian serta dampak resiko banjir tersebut.
Salah satu solusi untuk mengurangi peluang kejadian banjir di kota-kota besar seperti  Jakarta adalah pembangunan penampungan air bawah tanah yang dibangun dengan sistem otomatis ( Real time control). Bangunan bawah tanah yang saat ini telah banyak digunakan sebagai lapangan parkir bisa digunakan untuk mengembangkan sistem ini.  Secara sederhana konsep penampungan ini adalah dengan membangun beberapa lapis ruangan di bawah tanah.  Lapisan paling bawah adalah lapisan utama untuk penampungan air, kita sebut lapisan ini lapisan pertama pertama, lapisan kedua dan lapisan ketiga bisa digunakan untuk parkir kendaraan atau untuk kepentingan lainnya.
Konsep Real Time Control untuk mengurangi banjir di kota-kota besar
Pada saat  hujan besar  terjadi, air masuk dalam penampungan melalui pintu utama menuju  lapisan pertama. Pada penampungan pertama ini dibangun real time control  berdasarkan tinggi muka air. Jika air sudah sampai pada nilai ambang (threshold) tertentu, sistem kontrol akan memberikan sinyal bahwa penampungan akan segera penuh terisi air.  Penampungan kedua yang pada keadaan normal bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain (misal untuk parkir) sudah harus dipersiapkan dan dikosongkan untuk menampung air. Ketika penampung pertama sudah penuh, maka secara otomatis pintu tampungan kedua akan terbuka dan air akan mengalir pada tampungan kedua ini. Jika genangan semakin besar, pada keadaan yang sangat ekstrim dan dadurat, penampungan ketiga yang merupakan tempat parkir kendaraan bisa digunakan dengan sistem kerja yang sama. Air-air yang ada pada sistem tampungan ini akan dilepaskan secara otomatsi pula menuju saluran-saluran buangan seperti muara sungai atau untuk pemanfaatan lainnya. 
Pembangunan sistem ini, dalam pandangan saya,  di kota-kota besar seperti Jakarta sudah harus mulai dipertimbangkan pengaplikasiannya. Jakarta adalah pusat ekonomi dan pusat pemerintahan Indonesia.  Hampir 70% ekonomi Indonesia ada di Jakarta. Lumpuhnya Jakarta akibat banjir, artinya juga kelumpuhan ekonomi Bangsa Indonesia. Disamping itu sistem ini juga perlu diaplikasikan di pusat-pusat pemerintahan utama seperti pusat pemerintahan. Sungguh ironis sekali  jika istana kepresidenan harus tergenang banjir seperti yang pernah terjadi di Indonesia. Terakhir yang tak kalah penting juga adalah di pusat-pusat cagar budaya karena tempat itu adalah tempat bersemayamnya beribu nilai historis yang tidak akan tergantikan oleh nilai yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar